Seorang pemimpin injili menggunakan Alkitab untuk mengungkap ‘Injil Putih Palsu’

Seorang pemimpin injili menggunakan Alkitab untuk mengungkap ‘Injil Putih Palsu’

Seorang pemimpin injili menggunakan Alkitab untuk mengungkap ‘Injil Putih Palsu’ . Bagaimana seorang pemimpin injili menggunakan Alkitab untuk mengungkap ‘Injil Putih Palsu’

Jim Wallis adalah seorang aktivis mahasiswa berambut gondrong di awal tahun 1970an yang membaca Marx, melakukan gerakan menentang Perang Vietnam dan tidak terlalu tertarik dengan agama Kristen evangelis. Namun suatu hari dia melakukan eksperimen teologis yang tidak biasa yang mengubah hidupnya.

Wallis dan beberapa temannya ingin mengetahui berapa banyak ayat dalam Alkitab yang membahas isu-isu seperti kemiskinan, penindasan dan keadilan. Jadi mereka mengambil gunting dan memotong setiap ayat Alkitab yang menyebutkan orang miskin.

Wallis akan mengabdikan hidupnya untuk memperjuangkan kitab suci yang dibuang itu. Dia kini menjadi salah satu pembela paling fasih dari aliran Kristen evangelis yang menegaskan bahwa iman bukanlah urusan pribadi sepenuhnya – bahwa gereja harus mengatasi masalah rasisme dan kebijakan publik yang berdampak pada masyarakat miskin.

Keyakinan tersebut menyebabkan beberapa kritikus mempertanyakan kredibilitas injili Wallis. Beberapa kalangan evangelis melihatnya sebagai seorang pemberontak karena mereka curiga terhadap penekanannya pada keadilan sosial dan pekerjaan masa lalunya sebagai penasihat spiritual mantan Presiden Obama.

Seorang pemimpin injili menggunakan Alkitab untuk mengungkap ‘Injil Putih Palsu’

Seorang pemimpin injili menggunakan Alkitab untuk mengungkap ‘Injil Putih Palsu’

Wallis melakukan eksperimen teologis provokatif lainnya dalam buku terbarunya. “The False White Gospel: Rejecting Christian Nationalism, Reclaiming True Faith, and Refounding Democracy.” Dalam buku tersebut ia membandingkan enam teks ikonik Alkitab dengan keyakinan nasionalis Kristen Kulit Putih. Kesimpulannya: Kaum nasionalis Kristen kulit putih juga menganut Alkitab yang penuh lubang.

Beberapa orang mungkin sudah bosan dengan perdebatan mengenai nasionalisme Kristen Kulit Putih. Yang para pengikutnya memadukan seksisme, rasisme, dan permusuhan terhadap imigran non-kulit putih dalam upaya menciptakan Amerika Kristen Kulit Putih. Namun Wallis telah memperingatkan masyarakat tentang bahaya kepercayaan nasionalis Kristen Kulit Putih jauh sebelum istilah tersebut menjadi populer.

Dia telah menulis banyak buku, seperti buku terlarisnya di New York Times tahun 2005, “God’s Politics,” yang menggambarkan bagaimana supremasi kulit putih telah menginfeksi agama Kristen sepanjang sejarah Amerika. Gereja masa kecilnya di Detroit dipisahkan secara rasial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *